AGAMA PENYEBAB INDONESIA TIDAK BISA MAJU?
Waktu masih sangat pagi ketika saya menemukan sebuah tulisan tentang 'agama yang menjadi penyebab Indonesia tidak maju'. Beberapa komentar dan kritikan pedas langsung dilayangkan ke penulis. Beberapanya lagi bahkan menghujat dan memaki dengan kata-kata yang tidak sebaiknya dipaparkan di media sosial. Sungguh, hal ini menggelitik saya untuk memberikan beberapa pandangan tentang 'agama' dan 'kemajuan suatu bangsa.
Pertanyaan pertama, apa sebenarnya standar suatu negara disebut negara maju?
Indonesia dihuni oleh lebih dari dua ratus juta penduduk. Namun sangat disayangkan, sebagian besar penduduk Indonesia kurang mampu berpikiran luas tentang arti 'kemajuan'.
Kemajuan hanyalah sebuah perspektif yang bersifat relatif. Beberapa negara dianggap sebagai negara maju (menurut persepsi orang Indonesia) adalah negara yang memiliki tingkat teknologi dan ekonomi yang tinggi seperti USA, Rusia, Jepang, dan Jerman. Banyak yang melupakan sudut pandang yang lain seperti :
1. Finlandia (maju dalam bidang pendidikan)
2. Arab Saudi (maju dalam pelayanan ibadah keagamaan)
3. UEA (maju dalam bidang pariwisata)
4. Denmark (maju dalam bidang penanganan korupsi)
5. Luksemburg (maju dalam bidang perkapita)
dll.
Mungkin banyak di antara masyarakat Indonesia yang tidak tahu bahwa beberapa negara merasa iri dengan Indonesia karena keramahannya. Beberapa guru asing yang pernah mengajar di Indonesia mengaku terkejut setelah tangan mereka dicium dengan penuh hormat oleh para murid setelah selesai jam belajar. Sungguh sesuatu yang tidak pernah mereka alami di negara mereka masing-masing.
Di sisi lain, seperti yang telah saya jabarkan sebelumnya, kemajuan bersifat relatif. Seorang penjual bubur di kaki lima pun akan dianggap maju setelah memiliki toko bubur sendiri. Sedangkan seorang pengusaha berpenghasilan satu triliun belum dianggap maju jika tahun berikutnya tetap berpenghasilan sama.
Pertanyaan kedua, apakah agama mendorong negara untuk maju?
Inilah yang sedikit dipahami oleh banyak orang. Bahwa sebuah kemajuan tidak akan bertahan lama selama tidak ada kebaikan di dalam diri manusia itu sendiri. Ada banyak contoh di luar sana, dimana sebuah negara yang awalnya sejahtera tiba-tiba mengalami krisis berkepanjangan ketika kebaikan itu memudar. Sehingga semua orang di dunia sekarang ini mengerti bahwa kejujuran itu adalah sesuatu yang sangat langka.
Nah, saya percaya dan sangat yakin bahwa agama manapun di dunia ini selalu mengajarkan kepada kebaikan. Agama manapun selalu mendorong setiap pribadi untuk berlomba-lomba dalam kebaikan. Perlombaan inilah yang akan menghasilkan kemajuan. Sebagai contoh, seorang murid akan terinspirasi ketika melihat gurunya yang demam terus mengajar berapi-api meski kata-kata sang guru diselingi batuk keras.
Sebagian orang mungkin akan mempertanyakan tentang konflik keagamaan. Sehingga dengan mudahnya menghakimi agama sebagai penyebab kemunduran sebuah negara. Tapi sayangnya, mereka tidak tahu (atau mungkin menolak untuk tahu) bahwa setiap penganut agama yang mempelajari agama dengan sungguh-sungguh tidak akan pernah menyebarkan kebencian pada satu agama lain. Jika iya, maka kolom agama di KTP mereka hanyalah sebuah tulisan, bukan keyakinan.
Pertanyaan utama, mengapa Indonesia belum juga maju meski sebagian besar rakyatnya adalah orang beragama?
Sulit untuk menjawab pertanyaan ini jika tidak melihat Indonesia secara luas. Seperti yang telah saya katakan di awal, bahwa kemajuan itu hanyalah sebuah perspektif yang bersifat relatif. Sebagai bangsa Indonesia, saya sangat bersyukur lahir disini dan menjadi bagian dari negara ini karena kemajuan dalam bidang keramahan dan toleransi adalah yang paling saya butuhkan.
Saya tidak perlu memberi contoh yang banyak, karena hampir setiap orang tahu tentang konflik di beberapa negara yang selalu berakhir dengan kematian dan kerusakan parah. Dan sayapun bisa menambahkan contoh di beberapa negara yang (katanya) adidaya namun mengalami kemerosotan dalam hal kesehatan, moral, hingga hukum.
Namun saya juga tidak akan membantah Indonesia yang sangat sulit untuk maju dalam bidang pendidikan maupun ekonomi. Saya akan paparkan
beberapa kejadian :
1. Seorang mahasiswa kedokteran pernah diusir dari suatu daerah karena mengatakan dan membuktikan bahwa menanam ari-ari bayi tidak akan pernah berdampak pada kebaikan atau keburukan sang bayi.
2. Seorang guru yang mendisiplinkan anak justru dianggap sebagai penganiaya.
3. Seorang PSK membela diri dan memelas dengan mengatakan bahwa mereka menjadi PSK demi memenuhi kebutuhan makan.
4. Seorang yang berpenghasilan rendah sering menolak saran dan ajaran orang yang berpenghasilan tinggi dengan alasan 'gak bisa', 'gak mungkin', ataupun 'sombong banget jadi orang, mentang-mentang...'.
5. Acara-acara tradisi dengan biaya ratusan juta rupiah yang tidak bersumber dari agama ataupun ilmu pengetahuan, meski seluruh penduduknya tahu bahwa desa mereka adalah desa yang miskin.
6. Orang-orang yang menganggap rokok sebagai sumber inspirasi.
7. Membela diri dari kesalahan dan mencari teman yang sama-sama salah dengan berkata 'loh, kok cuma saya yang dihukum? Si anu dan si itu kan juga sama...'. Padahal, salah itu tetap salah.
8. Menganggap partai politik ataupun tokoh politik layaknya nabi yang harus dijaga dan dipertahankan dengan nyawa.
9. Merasa sedikit ilmu yang dimilikinya sudah cukup untuk beropini tentang politik, sosial, ekonomi, dan yang terburuk, agama seakan-akan dirinya lebih cerdas dibanding para ahli.
10. Menjadikan nilai ujian sebagai standar kecerdasan dan kebaikan sehingga seringkali orang tua membandingkan anaknya dengan anak tetangga.
Sepuluh contoh di atas telah menjadi pembuktian bahwa agama sama sekali tidak memperlambat kemajuan. Bahwasanya kemajuan dalam bidang apapun bergantung pada ilmu pengetahuan, sedangkan agama menjaga kemajuan untuk tidak merosot.
With all of my respect,
By: Fb R.Hakim
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)

Mantap tulisannya om. Intinya juga mudah dimengerti
BalasHapusYa begitulah kita bisa apa?
HapusSaya rasa tulisanya menarik
BalasHapus