Setiap kali waktu makan, aku selalu repot. Sambil memasak mulutku tak berhenti mengingatkan anak-anakku yang sedang mandi agar sedikit cepat. Biasanya mereka akan main air dan saling menyiram.
Setiap kali memasak, aku pasti membuat tiga macam, sayur, ikan atau ayam yang kering, sambal. Menyiapkan masakan sebanyak itu kadang menguras tenaga dan emosi.
Suamiku Putra Duyung
Dan disaat aku sibuk seperti itu kulihat suamiku bersantai duduk di depan sambil minum kopi buatanku tadi pagi. Ia tak akan mau sedikitpun membantu keriuhan di dapur dan di kamar mandi.
Masak belum selesai, anak-anak sudah selesai mandi, lalu mereka berlarian ke kamar untuk mengambil seragam sekolah. Mereka akan berebut hingga tatanan baju dilemari akan selalu berantakan meski setiap hari dibereskan. Suamiku sama sekali tidak peduli. Kalau begitu aku juga yang mengambil seragam dan memakaikannya sambil bolak balik membalik ikan yang digoreng.
Tiba saat makan, piring sudah dibawa keruang tengah tempat kami makan. Kami tidak punya meja makan, jadi biasanya duduk dilantai.
Mulailah aku bolak-balik mengambil nasi, sayur, sambal dan lauk pauk. Tidak lupa aku ambil gelas dan teko berisi air dingin.
Suamiku duduk dengan nasi dan lauk pauk yang sudah kutata dipiringnya, ia hanya mau makan kalau semua sudah siap dipiringnya.
"Abang, adek, makannya duduk yang rapih ya".
"Iya mah", kompak sekali mereka.
"Bang, ambilin bantal satu buat ayah", ujar suamiku.
"Iya yah", si sulung yang baru akan bersiap makan langsung bangun. Ia tak berani membantah. Tapi mulutnya menggerutu.
"Kenapa sih ayah nggak bisa duduk rapi kalau makan? Kenapa harus pakai bantal dan selonjoran begitu?" keluh abang sambil makan. Ia tidak habis pikir mengapa ayahnya tidak mau mencontohkan duduk rapih dan sopan saat makan. Aku juga kesal sebenarnya. Dia selalu menyuruh ini itu tanpa mau bergerak sedikitpun. Mirip orang lumpuh.
"Karna ayah bukan anak mama, kalau anak mama duduknya harus sopan".
"Terus ayah anak siapa? Memangnya nenek nggak pernah ngajarin ayah duduk yang benar ya saat makan?" tanyanya lagi.
"Ayah itu keturunan putri duyung. Kalian lihat kan putri duyung kalo duduk nyender dibatu seperti apa?" jawabku sambil menyindir. Berharap suami memperbaiki sikapnya saat makan. Tapi percuma.
Yang diomongin cuek saja, baguslah, biasanya dia akan membentak dan marah-marah. Dia memang sifatnya tempramental.
Ttttuuuuuutttt.
"Astaghfirullah Ayah jorok banget!"
Ucapku berbarengan dengan anak-anakku.
Kebiasaan memang. Itu membuat kami hilang nafsu makan.
"Apa sih, orang cuma kentut aja kok heboh banget?" sungutnya sambil melempar piring yang sudah kosong ketengah-tengah kami.
PRAAANNGG
Piring pecah terbelah, kuah sayur tumpah berceceran. Abang dan adek menangis kaget dan ketakutan.
Suamiku bangkit, mencuci tangan ke wastafel lalu berlanjut mandi, meninggalkan semua kekacauan diruang tengah.
Aku membereskan pecahan beling lalu makanan yang masih layak aku simpan kembali ke lemari piring.
Anak-anak masih menangis. Tidak menyangka mereka hanya berbincang seperti itu membuat ayahnya marah besar.
"Sudah jangan menangis lagi". Ucapku sambil mengusap rambut mereka.
"Mah, handuknya manaaaa?????"
Teriakan suamiku terdengar keras. Buru-buru kuambilkan handuk.
"Mah, seragamku mana?"
"Sepatuku mana? "
"Bekal makan dan minumku mana?"
"Ambilkan sapu tangan!"
"Cari kunci motor!"
Sampai hapal aku semua perintahnya. Dia nggak pernah mau ambil atau cari keperluannya sendiri. Beda dengan anak-anakku yang mulai belajar mandiri, meski ada beberapa yang mereka belum bisa lakukan.
Aku memang hanya punya dua anak laki-laki, tapi rasanya seperti punya tiga anak balita. Suamiku seperti balita yang apa-apa semuanya harus diladeni. Mungkin hanya ketika BAB saja dia tidak merepotkanku.
"Mah, itu motorku kotor, dibersihkan pakai lap basah dulu sana!"
What????
Suamiku Putra Duyung
Minta Share nya, biar saya semangat nulisnya 😊🙏
Note : ini kisah nyata, tapi bukan kisah saya. Saya hanya menceritakan kembali apa yg diceritakan narasumber. Dan ini diposting berdasarkan permintaan narasumber yang sampai saat inu bingung mau bagaimana menghadapi duyung model begini
