==============================
===========
Saya sering tergelitik dengan pertanyaan,
"MENGAPA ORANG LAIN MAMPU MENGERUK RATUSAN RIBU HINGGA JUTAAN TIAP HARINYA?"
Lalu saya mulai mencari tahu.
1.
Suatu ketika, saya memerhatikan seorang tukang parkir di suatu daerah yang cukup ramai. Dengan menghitung beberapa aspek, waktu, dan jumlah orang yang memarkirkan sepeda motor, ada sekitar 300 sepeda motor diparkirkan sepanjang hari. Dan dengan biaya parkir 2000 rupiah per motor, orang itu mendapatkan sekitar 600 ribu per hari. Jika dikurangi beberapa biaya, mungkin sekitar 300 ribu yang menjadi penghasilan harian, atau 9 juta rupiah perbulan.
2.
Di hari lain, saya mengantri membeli Tahu Brontak di tepi jalan yang hari itu dipadati banyak pembeli dengan rata-rata pembelian perorang 10ribu - 20ribu. Kekepoan membuat saya mengamati laci penyimpanan dimana beberapa helai uang kertas masuk dan memenuhi ruang kecil tersebut. Terhitung hanya dalam 15 menit, uang yang masuk melebihi 100 ribu rupiah. Jika si penjual menjualnya selama enam jam sehari, dengan waktu efektif tiga jam, total pendapatan mencapai total pemasukan 1,2 juta per hari, atau 36 juta per bulan.
3.
Besoknya lagi, saya mendapatkan cerita dari seoran siswa yang memilih menjadi seorang guru privat dengan metode berbeda dan lebih modern. Hasilnya, puluhan tawaran didapatkan setiap hari, yang mengantarkannya menjadi salah satu guru privat favorit berbiaya mahal. Hingga jutaan rupiah dia raup setiap bulan tanpa harus menjadi bagian dan bawahan siapapun.
Apakah mereka adalah para sarjana yang memanfaatkan ijazah? Ataukah mereka adalah para pencari aman dengan mengejar-ngejar pensiunan?
Jelas bukan. Dan kita tahu itu.
Kebanyakkan sarjana yang mendapatkan pendidikan tinggi dengan ilmu pengetahuan yang banyak menjadi para 'pencari aman' tanpa keberanian mengambil resiko. Seolah-olah ilmu yang mereka dapatkan malah mempertakut diri, dan mengubah mereka menjadi orang-orang yang saling sikut dan saling suap hanya demi penghasilan sebesar UMR. Sementara orang lain yang tidak memiliki ijazah tinggi malah berani keluar dari zona nyaman.
Banyak sarjana yang ketika tamat berpikir 'dimana saya akan bekerja?' tanpa muncul pertanyaan pada benak mereka 'Apa yang akan saya bangun?' ataupun 'Apa yang akan saya ciptakan?'.
Dan kadang yang lebih menggelikan, ada segelintir mahasiwa yang menimba ilmu di luar negeri, mempelajari banyak hal yang tak mereka dapatkan di negara sendiri, yang ketika pulang, tetap berkeliaran melamar kerja ke kantor-kantor untuk menjadi seorang pegawai. Seakan kuliah di luar negeri hanya sekedar gengsi.
Tajam memang, dan mungkin menusuk. Namun itu karena orang lupa bahwa kecerdasan sama sekali tidak cukup untuk mengangkat nilai diri. Ada keberanian meski dengan segala macam kegagalan yang menghantui. Dan siapapun takkan menjadi apa-apa sebelum mengerti hal itu.
Semoga Artikel ini Bermanfaat
Jangan Selalu berkunjung kesini di lain waktu
Terimakasih.
Di Kutip Dari Fb. R.Hakim

Halo halo Bandung
BalasHapusMantap mengena
BalasHapus