SELAMA ORANG BAIK DIBAYAR MURAH!!
=================================
Sekadar mendinginkan suasana panas politik)
Pernah suatu ketika saya berdiskusi dengan sahabat yang seringkali berkata kasar dan menghujat Presiden Indonesia saat ini (Jokowi) dengan kata-kata yang jauh dibawah taraf kesopanan, dan dia berulang-ulang mengatakan harusnya Prabowo yang menjadi Presiden.
Hingga akhirnya saya menyela ditengah-tengah penghinaannya.
Saya : Bisakah kamu hentikan itu? Penghujatanmu sama sekali tak membantu.
Kawan : Aku sangat kesal, kawan. Lihatlah betapa bobroknya Indonesia sekarang. Lihatlah betapa mahalnya harga sekarang. Lihatlah betapa banyaknya milik kita yang terjual sekarang. Dan para Jokower fanatik itu dengan sangat bodohnya tetap mempertahankan pendapatnya meski telah terpaparkan di depan mereka keburukan idola mereka.
Saya : Boleh saya bertanya. Apa menurutmu jika Prabowo presidennya maka Indonesia pasti jadi lebih baik dibanding saat ini?
Kawan : Aku percaya itu kawan.
Saya : Bagaimana kamu bisa percaya? Apakah sebelumnya Prabowo pernah menjadi presiden? Dan apakah selama pemerintahannya itu, Indonesia mencapai kejayaannya?
Kawan : Belum pernah.
Saya : Lalu, apa bedanya kamu dengan Jokower itu? Apa bedanya kamu dengan orang-orang yang kamu sebut fanatik itu?
Kawan : Tunggu dulu, bro. Bukankah kamu PEMILU kemarin memilih Prabowo?
Saya : Benar. Tapi saya memilih bukan karena fanatik, tapi karena saya punya hak suara. Sekarang ini, presiden sudah terpilih dan bagaimanapun dia adalah pemimpin saya dan pemimpinmu. Jika kamu orang beragama, maka kamu pasti tahu betul betapa wajibnya mengikuti hasil putusan yang memenangkan orang yang tak kamu pilih.
Kawan : Apa kamu tidak mencintai negara.
Saya : Saya mencintai negara, bukan pemerintahannya apalagi pejabatnya. Dan sungguhpun pemerintahannya baik, negara ini tetap tidak akan pernah membaik. Kamu tahu kenapa?
Kawan : (Berpikir sejenak) Tidak kawan.
Saya : Karena orang baik masih dibayar murah.
Kawan : (Terlihat biingung) Aku tidak mengerti.
Saya : Guru mendidik dengan hati, namun mereka dibayar murah dibanding artis sinetron yang merusak moral mereka. Pemuka agama mengingatkan kebaikkan hidup, namun mereka dibayar murah dibanding penyanyi dangdut koplo. Motivator mengajarkan tentang kesuksesan dibalik penderitaan, namun mereka dibayar murah dibanding pejabat yang mencari jabatan dengan jalan mudah.
Kawan : (Terdiam)
Saya : Guru memberi hukuman pada muridnya yang keterlaluan, tapi orang tua murid melaporkannya sebagai tindak pidana. Orang baik dikatakan modus, tapi yang kurang ajar disebut keren. Terlalu jujur dianggap kuno, dan terlalu ramah dianggap menjilat. Lowongan kerja perusahaan harus membayar biaya administrasi dulu. Polisi lebih suka langsung menilang daripada mengingatkan. Media melakukan segala macam cara agar laku meski haru mengarang judul yang kontroversi.
Kawan : (Menunduk dan masih terdiam)
Saya : Dan tahu yang terburuk? Bahwa 'KATANYA', semua rakyat membenci korupsi, tapi banyak diantara orang tua membiarkan anak-anaknya melihat kunci jawaban ujian, dan masih banyak orang tua yang menyogok 'orang dalam' agar anaknya lulus PNS.
Kawan : (Menghela napas) Kamu benar sekali kawan. Negara ini rusak, bukan hanya tentang pemimpin dan pemerintahannya. Negara ini rusak juga karena tentang rakyatnya yang membayar murah dan menganggap rendah kebaikan. Bahwa orang-orang saat ini tak pernah berhenti mengajarkan keburukan pada anak-anak. Aku berharap aku punya solusinya.
Saya : Ada dan sederhana. Mungkin zaman ini telah rusak, mungkin era ini telah kehilangan banyak moral. Tapi saya punya harapan pada mereka, pada anak-anak yang dua puluh tahun nanti akan memegang negara ini. Tugasmu, tugas saya, dan semua orang tua saat ini hanyalah menjaga mereka dari kemunafikan. Dan tanggung jawab semua orang baik disini, untuk tidak membiarkan Para Pembejat-Pembejat Bangsa mewariskan Kebejatannya. Saat ini, hanya itu harapanku, kawan. insyaaALLAH, dua puluh tahun nanti, kamu, saya, dan seluruh rakyat ini akan tersenyum dan bersulang melihat bagaimana bangsa ini dihormati.
__ RH Arkim __
Sumber Fb Rahman Hakim
No comments
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
